Tentu saja sebagai warga Muhammadiyah haruslah mengenal apa yang dimaksud dengan 'ideologi' yang harus dimiliki warga Muhammadiyah. Ideologi dimaksudkan di sini adalah pandangan dan pendirian yang membedakan dengan organisasi lain yang walupun sejenis. Menurut Muarif ( 2009), pemikiran ideologis adalah gugus pemikiran tentang ide-ide dasar yang menjadi pandangan resmi sebuah organisasi atau perkumpulan. Ideologi Muhammadiyah yang dimaksud pernah disampaikan oleh KH Mas Mansur dalam Tafsir Langkah Muhammadiyah (1939). Namun jauh sebelum itu, tepatnya berdasarkan dokumentasi Soera Muhammadiyah tahun 1923, pemikiran ideologis Muhammadiyah telah diuraikan oleh Siti Bariyah. Beliau adalah Ketua pertama apa yang kita kenal sekarang dengan nama organiasasi Aisyiyah. Pemikiran beliau ini disampaikan pada masa kepemimpinan Muhammadiyah dijabat oleh KH Ibrahim (1923-1933).
Satu di antara pemikiran Siti Bariyah adalah bahwa Muhammadiyah adalah persyarikatan yang didirikan untuk mengatur, membesarkan dan memajukan pengajaran agama Islam secara berkemajuan (Muarif, 2009). Secara berkemajuan dimaksudkan adalah dengan mendirikan sekolah, bukan pesantren. Alasannya pesantren hanya belajar agama saja namun kurang dalam pelajaran pengetahuan umum. Sebaliknya sekolah hanya mengajarkan pengetahuan umum namun kurang dalam pelajaran agama. Sekolah yang beliau maksudkan adalah sekolah yang mengajarkan pengetahuan umum sekaligus pendidikan agama Islam.
Satu lagi pemikian Siti Bariyah yang sampai saat ini tetap dipegang teguh persyarikatan Muhammadiyah adalah bahwa Muhammadiyah adalah wadah belajar dan berproses menjadi muslim yang Kaffah.
Sejalan dengan pemikiran tersebut di atas, Anggaran Dasar (AD) Muhammadiyah memantapkan 'ideologi' Muhammadiyah dalam kalimat singkat mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya (kaffah) di mana kesejahteraan, kebaikan dan kebahagiaan luas merata. Ini berarti bahwa:
Dengan demikian perlu difahami oleh seluruh warga Muhammadiyah bahwa: